Minggu, 26 Agustus 2012

Wonosalam lestari


Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi hidup dan kehidupan seluruh makhluk hidup, termasuk manusia. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Air merupakan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable) oleh alam, sehingga air diangap sebagai sumerdaya alam yang tidak akan habis. Asumsi tersebut membuat orang kurang bijaksana dalam mempergunakan salah satu anugerah Allah SWT tersebut, tidak hati-hati, boros dan tidak efisien.  
Permasalahan terhadap Sumber – sumber air merupakan permasalahan yang hampir merata di seluruh belahan bumi ini. mulai dari kurangnya air , hilangnya mata air dan juga konflik terhadap air.
Selama 1 tahun terakhir di tahun 2010 – 2011, ecoton – Lembaga Kajian ekologi dan konservasi lahan  Basah telah melakukan kajian terhadap sumber daya air yang ada di Jawa Timur, tetapi kegiatan lebih banyak di fokuskan di Wilayah Wonosalam Kabupaten Jombang. Wonosalam merupakan kawasan penyangga hutan lindung Taman Hutan Rakyat R Suryo, sehingga kelestarian vegetasi dan upaya konservasi lingkungan di Kecamatan Wonosalam menjadi garda terdepan penyelamatan Hutan Lindung dan perlindungan mata air. Lokasi Wonosalam yang memiliki tutupan vegetasi atau hutan yang luas membawa berkah tersendiri karena hutan yang berfungsi sebagai tangkapan air dan kawasan resapan air akan memunculkan sumber-sumber mata air. Keberadaan sumber-sumber mata air di Wonosalam tidak hanya penting bagi warga Wonosalam namun juga menjadi salah satu sumber penting bagi Kali Brantas, dua sungai besar di Kecamatan Wonosalam yang bermuara di Kali Brantas adalah Kali Jurang jero terletak di Desa Panglungan (12 Km) dan Kali Gunting di Desa Wonosalam-Mojoagung (12 Km), sungai-sungai besar ini mengalirkan air yang berasal dari 40 sumber mata air di Kecamatan Wonosalam.
Permasalahan terhadap air di wonosalam lebih banyak di sebabkan karena masyarakat masih belum banyak yang melakukan kegiatan terhadap pelestarian Mata air, padahal Wonosalam merupakan kawasan yang menjadi suplai air bagi DAS Brantas yang paling dekat dengan Hilir Brantas. Banyaknya penebangan pohon di hutan lindung menyebabkan mata air di wonosalam menjadi berkurang,di tahun 2000 wonosalam mempunyai jumlah mata air sebanyak 120 titik yang tersebar di 9 desa di kecamatan Wonosalam, tetapi berdasarkan penelitian ecoton pada tahun 2010 hanya di temukan sebanyak 40 titik mata air yang di manfaatkan.
Selain penebangan Kayu, di wonosalam merupakan daerah yang terkenal dengan pencurian Rebung   ( bambu muda ) di kawasan perhutani dan Tahura untuk di konsumsi masyarakat sendiri dan sebagian besar dikirim ke kota semarang untuk bahan kue lumpia. banyaknya masyarakat yang menebang rebung disebabkan karena masyarakat tidak mempunyai alternatife pekerjaan lain selain pergi ke hutan dan mengambil rebung, rebung sendiri merupakan bibit bamboo yang sebenarnya berfungsi untuk menghasilkan air di kawasan hutan.  Daerah hutan wonosalam  sendiri merupakan daerah hutan yang banyak di penuhi tanaman bambu dan tanaman endemik / asli  hutan yang banyak memproduksi air.
Kekayaan alam wonosalam telah banyak memberikan kehidupan bagi masyarakat yang tinggal disekitar hutan, tetapi pengelolaan hutan yang lestari masih belum dilakukan oleh masyarakat yang memanfaatkan hutan di daerah wonosalam. Permasalahan lain yang ada di daerah wonosalam adalah perburuan burung endemik hutan. Berdasarkan survey yang dilakukan ecoton, di hutan Wonosalam masih terdapat 320 jenis burung , dan satwa lainnya seperti harimau , Rusa , kancil , landak ,babi hutan , ular , Kera, dan tupai.
Faktor yang sangat mempengaruhi masyarakat di wonosalam sebenarnya di karenakan karena minimnya tingkat pendidikan bagi masyarakat itu sendiri. Usia anak muda yang masih produktif untuk belajar, banyak yang digunakan untuk bekerja dan menikah di usia muda, rata – rata usia anak muda di wonosalam  yang menikah adalah usia 14 – 20 tahun atau biasanya begitu lulus Madrasah Tsanawiyah ( stingkat SMP ) dan Madrasah Aliyah ( Setingkat SMA) menikah. Mereka mempunyai prinsip kalau sudah bisa mencari rumput dan mempunyai 2 sapi itu sudah siap untuk menikah. Pernikahan di usia muda bagi mereka terkadang membuat keluarga mereka sering terjadi konflik dan perceraian.
Pentingnya pendidikan bagi masyarakat pinggir hutan selain pendidikan akademik dapat memberikan alternative bagi mereka untuk meningkatan kapasitas bagi mereka dalam mengelola lingkungan dan hutan yang ada di wonosalam. karena di wonosalam pendidikan masih belum menjadi prioritas utama bagi masyarakat, mereka lebih tertarik untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka di banding dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi keluarga mereka. Sedangkan pendidikan itu sendiri bagi anak – anak merupakan hal yang sangat menyenangkan tetapi  bukan sebagai tanggung jawab bagi pelajar melainkan dengan menghindari pekerjaan rumah maupun kemarahan orang tua mereka. Sekolah masih di jadikan tempat pelarian maupun kesibukan dari rutinitas yang dilakukan di rumah mereka, sehingga movivasi anak untuk belajar masih sangat minim. Dalam hal pendidikan, orang tua masih sepenuhnya menyerahkan urusan pendidikan anak – anak mereka ke sekolah dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya pihak sekolah. Sehingga kontrol orang tua terhadap anaknya juga di perlukan untuk perkembangan anak tersebut.
Pada tahun ajaran baru 2011, Ecoton bersama padepokan wonosalam lestari, sebuah lembaga yang di bangun ecoton untuk untuk penyelamatan mata air di hulu brantas wilayah wonosalam pada bulan agustus 2010 telah melaunching sebuah Sekolah pelestari Mata Air di Wonosalam, sekolah ini diharapkan mampu memberikan alternatif belajar terhadap pelestarian hutan dan Mata air yang ada di wonosalam. Kurikulum yang diajarkan berisi tentang materi pelestarian mata air dan kewirausahaan. Saat ini sekolah pelestarian mata air baru di ujicobakan di salah satu sekolah Madrasah Aliyah yayasan Faser yang berada di desa Panglungan kecamatan Wonosalam, di pilihnya sekolah ini dikarenakan melihat daerah ini merupakan daerah yang masih sangat rawan terhadap pencurian kayu, rebung dan juga perburuan satwa serta minimnya pendidikan tingkat tinggi yang berkualitas dan siap bekerja serta siap  berada di lingkungan masyarakat.Daerah ini juga mempunyai potensi wisata yang cukup besar, seperti,Goa , Sungai , 9 Mata Air dan kekayaan hutan yang masih sangat bagus. Dari jumlah lulusan di Desa Panglungan menunjukkan bahwa tingkat pendidikian masyarakat masih rata – rata MA ke bawah. Selain kegiatan di bidang pendidikan, ecoton dan PWL juga membangun bersama masyarakat Dusun mendiro Desa panglungan sebuah Kelompok Pelindung Hutan dan Pelestari Mata Air atau disingkat KEPUH. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok lebih banyak ke upaya penyelamatan hutan dan mata air, seminggu sekali di hari jumat mereka melakukan pelestarian mata air di wilayah dusun Mendiro dengan merawat tanaman pohon di sekitar mata air dan mengganti bila di temukan pohon rusak. Untuk menjaga supaya jenis tanaman yang mereka tanam endemik, mereka malakukan pembibitan tanaman dengan jenis yang ada di hutan wonosalam seperti, Bendo , Kemiri dan lainnya.

Kelompok maupun sekolah yang menjadi mitra PWL diantaranya :
SMAN 1 Driyorejo gresik , SMAN 1 Manyar gresik , SMPN 2 Kebomas gresik , SDN Kebomas Gresik, SMPK Santa Maria Surabaya , STIKIP Jombang , Telapak , Jurusan Teknik Lingkungan UPN ‘ Veteran “ Jatim , Alamanda Provider outbond Bandung, TK permata bunda Desa pepelegi Waru Sidoarjo ,ITATS Surabaya , SMAN 1 Mojoagung , Ashoka Indonesia , SMAN 1 Wringinanom Gresik , BLH Kabupaten Jombang , Kecamatan Wonosalam , Kepala desa Wonosalam , Galengdowo dan Panglungan, Universitas Ciputra.
Di wonosalam sampai saat ini sudah ada beberapa kelompok masyarakat dan juga sekolah yang aktif melakukan kegiatan pelestarian mata air di Wonosalam, seperti :
1.       KEPUH : kelompok Pelindung Hutan dan Pelestari Mata Air.
2.       Kelompok Pelestari Hutan mBeji Dusun Sranten Desa Panglungan.
3.       Kelompok Ekowisata Desa GalengDowo.
4.       Sekolah Pelestari mata Air MA faser
5.       Polisi Air SMPN 1 Wonosalam.
Sedangkan untuk kegiatan di kecamatan Wonosalam yang berada di Wilayah Kota kecamatan di prioritaskan di SMPN 1 Wonosalam. Ketika pertama kali di cetuskan komitmen kemitraan Pelestarian Mata air di wilayah wonosalam, ecoton dan masyarakat sekolah mempunyai komitmen yang cukup besar dalam masalah pelestarian mata Air untuk menjadi tanggung bersama antara masyarakat dan pemerintah serta sekolah yang ada wilayah wonosalam. Oleh karena itu sekolah sangat mendukung kegiatan yang dilakukan oleh Water Police ( Polisi Air ). Kelompok yang dibentuk oleh SMPN 1 Wonosalam merupakan kelompok anak sekolah di wilayah Hulu Brantas Wonosalam yang selama 1 tahun bersama – sama dengan PWL membangun gerakan pelestarian sungai yang ada di wilayah wonosalam. Kegiatan polisi air pada tahun 2011 juga pernah melakukan Audiensi dengan Gubernur Jawa Timur dan menerima penghargaan dari KJPL (  Komunitas jurnalis Peduli Lingkungan ) dalam acara pagebluk award di kategori sekolah penyelamat mata air. Keprihatinan polisi air terhadap sungai di wonosalam telah memberikan mereka inspirasi untuk membuat tanda mengenai kesehatan sungai dengan memasang bendera warna warni pada sungai yang ada di wilayah wonosalam. Bendera hijau untuk sungai yang masih sehat, sedangkan kuning untuk sungai yang sudah tercemar ringan seperti tercemar sabun dan kotoran ternak, dan untuk bendera merah menunjukkan kalau sungai sudah tercemar berat, akan tetapi di wonosalam masih belum pernah memberikan bendera merah dikarenakan vegetasi sungai masih cukup bagus. selain itu juga polisi  air rutin membersihkan sampah plastik, popok bayi yang masih banyak di buang di sungai dan mamasang papan himbauan untuk tidak membuang sampah di sungai karena sungai di gunakan sebagai sarana belajar siswa. Untuk menjadikan kegitan tersebut lebih berkembang dan mendapatkan perhatian yang serius dari sekolah saat ini kelompok Polisi Air sedang dalam proses untuk masuk dalam kegiatan Ektrakurikuler Sekolah selain Pramuka dan lainnya. Diharapkan dengan masuknya polisi air ke dalam  kegiatan ektrakurikuler bisa menjadikan ketertarikan bagi siswa yang tergabung kelompok ini dalam melestarikan sungai di wonosalam dan dapat memberikan dampak yang cukup luas di wonosalam.
Kegiatan penelitian juga dilakukan di wonosalam, serta mendokumentasi kan dalam bentuk Visual dan juga foto kegiatan selama penelitian yang dilakukan.
Penelitian yang sudah dilakukan di wonosalam :
1.       Penelitian terhadap jenis makroinvertebrata di sungai, Golo golo , sungai jarak , sungai junggo dan sungai sumber / gogor.
2.       Jenis tanaman pohon produsen air di wonosalam
3.       Jenis - jenis burung yang ada di wonosalam
4.       Jenis Tanaman hutan wonosalam selain kayu, seperti jamur , pakis dan umbi – umbian.
5.        Analisis sosial masyarakat dan kearifan lokal wonosalam.

1 komentar: